Selasa, 22 Maret 2011

Fathul M. Rusdi; 09 5301 0007

Sejarah Konstruksi Jalan


        Pada jaman purbakala, manusia tinggal di goa-goa. Untuk mencapai sumber air dan tempat makanannya manusia membuat jalan setapak. Demikian juga untuk menghindari rintangan alam yang tidak begitu besar (sungai dan lembah yang kecil) manusia menebang pohon dan merentangkannya sehingga berfungsi menjadi jembatan. Lebih dari 2000 tahun yang lalu, kerajaan Romawi membuat jalan keseluruh pelosok Eropa. Di Inggris saja mereka membuat jalan yang panjangnya 3000 mil (1mil = ± 1.6 km). Jalan ini fungsinya hanya untuk militer saja. Konstruksinya dari batu-batu setempat yang ditata selebar jalan yang diinginkan. Seiring bertambah majunya cara bercocok tanam, maka panen yang dihasilkanpun berlimpah maka fungsi jalan berubah menjadi prasarana transportasi hasil pertanian dan para petani dapat saling barter hasil panenannya. Untuk saat ini jalan juga berfungsi sebagai prasarana transportasi bahan baku ke pabrik dan dari pabrik ke pasar.

        Thomas Telford (1757–1796) seorang yang berkebangsaan Skotlandia, memperkenalkan suatu konstruksi perkerasan jalan. Konstruksi tersebut terdiri dari batu kali ukuran 15/20 cm sampai 25/30 cm yang disusun tegak diatas pasir urug yang dipadatkan dan diatasnya diletakkan batu-batu kecil ukuran 5/7 cm untuk mengunci batu kali tersebut agar tidak goyang. Diatas batu-batu kecil tersebut diletakkan campuran pasir aspal (sand sheet) sebagai lapis aus yang tebalnya bervariasi antara 3–10 cm. Gambar (terlampir) menunjukkan model perkerasan Telford. Di Indonesia perkerasan tipe ini banyak dibangun semasa kolonial Belanda dulu (waktu Gubernur Jenderal Daendels) dan dikenal cara pembangunannya dengan sistim kerja paksa Rodi yang mana menghasilkan jalan dari Anyer sampai Panarukan yang panjangnya mencapai ± 1000 km.

        John Loudon McAdam (nama ini di Indonesia menjadi Makadam), seorang insinyur konstruksi perkerasan jalan dari Skotlandia, membuat suatu konstruksi jalan dari agregat batu pecah (crushed aggregate). Makadam menyadari bahwa untuk mengoptimalkan kekuatan lapis agregat batu pecah maka diperlukan penggunaan batu pecah yang terdiri dari berbagai macam ukuran (mixed size), hal ini dinamakan agregat bergradasi (graded aggregate). Beberapa jalan di Inggris yang dibangun dengan sistim ini dan dilapisi dengan bahan tar (Indonesianya tir, yaitu semacam aspal cair hasil destilasi arang/arang batu). Tercatat awal konstruksi model Makadam adalah jalan di Gloucestershire yang dibuat pada tahun 1832 dan di Nottinghamshire pada tahun 1884. Makadam menyatakan, secara teknis ruang diantara agregat-agregat yang besar akan diisi oleh agregat-agregat yang lebih kecil yang mana akan menciptakan suatu kondisi yang disebut saling mengunci (interlocking), akhirnya akan menjadikan kondisi lapisan menjadi sangat stabil. Cara Makadam ini merupakan pondasi bagi industri campuran aspal (hotmix) dikemudian hari, dimana mulai pertengahan abad 20 hingga saat ini industri hotmix berkembang pesat. (Gambar terlampir)







Tidak ada komentar: