TUGAS REKAYASA JALAN RAYA 1
HENRRY JALADARA EKA ATMAJA
Jalan Sutra
Jalan Sutra yang dibuka oleh Tiongkok pada 2.000 tahun yang lalu adalah salah
satu jalur penting bagi penyebarluasan peradaban zaman kuno Tiongkok ke Barat,
sekaligus jembatan yang menghubungkan pertukaran ekonomi dan kebudayaan
Jalan Sutra adalah jalur penting untuk perdagangan Tiongkok dengan Asia
Tengah, Asia Selatan, Asia Barat Serta Eropa dan Afrika. Jalan Sutra yang lazim
disebut orang adalah jalur darat dari ibukota Dinasti Tang Tiongkok di timur ke
Roma, ibukota Italia di barat. Jalur itu dibuka oleh seorang jenderal bernama Zhang
Qian Dinasti Han. Kedua jalur Jalan Sutra itu disebut sebagai "Jalan Sutra Darat".
Menelusuri salah satu Jalan Surat itu, dapat melewati Afganistan, Uzbekistan,
Iran dan sampai Alexsandar Mesir, kalau mengambil jalan sutra lainnya bisa via
Pakistan, Kabul Afganistan, tiba di Teluk Persia.
Pada abad ke-2 sebelum masehi sampai abad ke-2 masehi, Jalan Sutra itu
mempunyai dua anak jalur yang masing-masing terletak di bagian utara dan selatan.
Di antaranya, jalur selatan bertolak dari Dunhuang, Propinsi Gansu Tiongkok Barat
Laut terus menuju ke barat menyusuri jalan di kaki Pegunungan Kunlun terus
sampai ke Xinjiang, Tiongkok Barat Laut dan bagian timur laut Afghanistan, Iran dan
Semenanjung Arab sebelum mencapai Roma, Italia. Sedangkan Jalan Sutra sektor
utara dimulai dari Benteng Yumen, Dunhuang terus ke barat menyusuri jalan di kaki
selatan Gunung Tianshan. Setelah melewati Gunung Chongling, Jalan Sutra Utara
itu memasuki wilayah Rusia di bagian Asia Tengah, kemudian jalan itu membelok ke
barat daya untuk bergabung dengan Jalan Sutra sektor selatan.
Masih ada dua jalan sutra yang jarang diketahui orang . Salah satu di antaranya
ialah "Jalan Sutra Barat Daya" yang bertolak dari Propinsi Sichuan, Tiongkok
Baratdaya terus ke Propinsi Yunnan dan mencapai bagian utara Myanmar setelah
menyeberang sebuah sungai, kemudian jalan sutra itu menuju bagian timur laut
India sebelum memasuki bagian barat laut India dengan menyusuri Sungai Gangga
India sebelum tiba di Dataran Tinggi Iran. Jalan Sutra itu bersejarah lebih lama
daripada Jalan Sutra Darat.
Selain jalan-jalan sutra di darat itu, masih terdapat satu lagi jalan sutra di atas
laut, yaitu dari Guangzhou, Tiongkok Selatan ke Selat Malaka, dan terus sampai ke
Sri Lanka, India dan pantai timur Afrika. Jalur di atas laut itu disebut sebagai Jalan
Sutra Laut. Menurut benda-benda budaya yang tergali di Somalia, Afrika Timur,
dapat diketahui bahwa Jalan Sutra Laut itu kira-kira terjadi pada masa Dinasti Song
"Jalan Sutra Laut" menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara utama
peradaban zaman kuno dan sumber kebudayaan di dunia, dan mendorong maju
pertukaran ekonomi dan kebudayaan daerah tersebut. Maka Jalan Sutra Laut juga
dijuluki sebagai jalan dialog antara Timur dan Barat.
Keadaan Geografis dan Rute-Rute Jalur Sutra
Seorang penjelajah bernama James Elroy Flecker menulis syair yang
berjudul "The Golden Journey" yang berisi saat iring-iringan panjang kafilah melintasi
dataran. Dengan langkah kaki nan berani dan gemerincing lonceng-lonceng
perak. Jangan cari yang lain kecuali kemuliaan dan keuntungan, jangan pula
cari pelipur lara di sumber-sumber air yang dikelilingi pepohonan palem. Syair ini
mengungkapkan jarak, pergerakan, juga berbagai hal eksotis. Karena belum pernah
bepergian ke arah timur lebih jauh dari Lebanon, James mungkin tidak menyadari
bahwa yang mengelilingi oasis-oasis Asia Tengah hanyalah poplar yang berganti
daun mengikuti musim dan palem subtropis (Wood, 2003: 4).
Sekitar tahun 1930-an, Mildred Cable dan Fransesca French, para misionaris,
mendeskripsikan keberangkatan mereka di waktu fajar pada saat menempuh Jalur
"Sinar mentari yang mulai meninggi menyentuh lekak-lekuk padang di
pegunungan Alpen di daerah Tibet dan memantulkan seuntai warna merah muda
di atas lereng-lereng bersalju itu. Sebagian besar rangkaian pegunungan itu masih
dalam cengkeraman kelamnya kegelapan yang menandai sisa-sisa penolakan
malam terhadap hari yang baru datang. Bintang fajar masih terlihat jelas, namun
dataran rendah di bawah begitu kelabu dalam sentuhan fajar. Tak lama kemudian,
terang pun menyingsing dengan cepat....
"Di kaki gunung terbentang lintasan jalan tua. Jalan tersebut lebar dan
sangant jelas tanda-tandanya. Entah sudah berapa banyak roda-roda berpaku tajam
dari gerobak-gerobak kafilah yang telah melaluinya. Jalur-jalur jalan itu berpisah dan
menyambung, kemudian menyebar lagi akibat aliran selokan kecil yag menandai
dekatnya keberadaan dengan permukaan sungai. Begitu banyak aneka ragam
penjelajah yang telah melewati jalan ini seperti sebuah aliran sungai kehidupan yang
tidak pernah berhenti mengalir. Inilah jalan utama yang hebat di Asia; jalan yang
menghubungkan Timur Jauh dengan Eropa nun jauh di sana (Wood, 2003: 3-4).
Walaupun sebenarnya kebanyakan sutra Cina diproduksi jauh di daerah
selatan, kebanyakan peta memperlihatkan Jalur Sutra dimulai dari daerah Xi'an di
Cina. Xi'an dulu di Cina dikenal dengan nama Chang'an. Kota yang berada di barat
laut propinsi Shaanxi ini pernah dua kali menjadi ibu kota di Cina. Pertama dari
tahun 206 SM sampai 25 M, pada masa dinasti Han (206 SM-220 M). Pada zaman
itu para kaisar Cina mulai memperlihatkan cukup minat pada daerah-daerah di luar
perbatasan sebelah barat kekuasaan mereka pada masa itu, Roma juga sama
berminatnya mendapatkan sutra Cina. Kemudian untuk kedua kalinya tahun 618-
907 M, saat dinasti Tang melihat peningkatan luar biasa dalam hubungan dengan
kerajaan-kerajaan di Asia Tengah serta keterkaitan agama Budha dengan India
melalui Jalur Sutra (Wood, 2003: 4).
Dari Xi'an, Jalur Sutra mengarah ke barat melewati Lanzhou dan kemudian
mengikuti jalur terluar sebelah barat Tembok Besar. Kemudian jalur tersebut
melintasi koridor Gansu dan terus ke arah Dunhuang. Kota oasis yang penting
tersebut pernah menjadi salah satu pusat agama Budha terbesar di Cina dari abad
ke- 4 sampai ke- 10. Pada masa itu, gua-gua yang tereletak di sisi sebelah timur
gurun Lop dipahat dan gua-gua dis sisi sebelah selatan gurun Gobi digali. Gua-gua
tersebut kemudian diisi dengan lukisan-lukisan tembok dan patung-patung cetakan
oleh para rahib Budha. Pada abad ke- 5 dan ke- 6, banyak peziarah agama Budha
yang terkenal seperti Xuanzang Agung, melewati Dunhuang dalam perjalanan
menuju India (Wood, 2003: 4-5). Menurut Adams (2006: 81) bahwa Pendeta Budha
Xuan Zhang meninggalkan India pada tahun 629 M. 16 tahun kemudian, ia kembali
dengan membawa naskah Budha yang diterjemahkan dalam bahasa Sansekerta.
Di India, para peziarah tersebut mengumpulkan teks-teks suci untuk
diterjemahkan dalam bahasa Cina. Situs ini seperti bagian pemandangan alam
gurun yang biasa saja. Daerah gersang dengan gumuk pasir yang terlihat
bergulung-gulung. Jajaran tebing panjang serta pahatan jalan masuk gua gelap
kecil ini hampir tidak terlihat di balik hutan kecil pepohonan poplar yang tinggi yang
tumbuh di tepi anak sungai kecil yang mengalir di sepanjang kaki tebing. Di tengah-
tengah tebing tersebut, jauh di atas pepohohonan, ada bangunan kuil bertingkat-
tingkat dengan rangka atap bergenting gelap melengkung jauh tinggi di atas pasir
(Wood, 2003: 5).
Tidak jauh dari Dunhuang, rute gurun itu tebagi. Rute utama yang berada
sebelah utara mengikuti lereng selatan pegunungan Tian Shan yang gelap dan
berpuncak salju. Jalan itu melintasi sebelah utara gurun Taklamakan dan melalui
kota-kota oasis, seperti Hami, Turfan, Korla, Kucha dan Aksu sebelum akhirnya
mencapai Kashgar. Rute ini lebih panjang dan tidak lurus jalannya. Namun, rute ini
juga tidak sesulit atau begitu melelahkan jika dibandingkan dengan rute sebelah
selatan. Rute utara ini menjadi jalur tersendiri di akhir abad ke- 4. Sementara itu,
rute sebelah selatan, melintasi oasis di kota Charklik, Cherchen, Niya, Keriya,
Khotan (Hetian) dan Yarkand, sebelum juga berakhir di Kashgar. Para rahib Budha
mungkin meninggalkan rute utama Jalur Sutra sebelah selatan di Yarkand untuk
kemudian mengarah ke pegunungan Karakoram menuju Leh dan Srinagar, lalu
masuk ke India. Rute sebelah selatan tersebut paling jelas digunakan di abad ke-2
dan ke- 4 (Wood, 2003: 6).
Ada rute kedua yang lebih jauh di sebelah utara lagi. Rute tersebut melintasi
bagian utara pegunungan Tian Shan dari Ham ke Almalik, Balasaghun, Tashkent,
Samarkand dan Bokhara. Para pedagang pengelana dan peziarah menghindari
daerah gurun bagian tengah dalam perjalanan mereka ke Kashgar yang terletak
di ujung sebelah barat gurun-gurun itu. Dari Kashgar, ada sejumlah rute yang
mengarah ke barat dan selatan. Para rahib Budha bisa jadi berjalan melalui Hindu
Kush, melintasi Tashkurgan dan menuju ke kerajaan-kerajaan Budha seperti
Gandhara dan Taxila. Sementara itu, para pedagang bisa jadi melintasi bagian utara
dataran tinggi Pamir mengarah ke Samarkand dan Bokhara, atau bagian selatan
Pamir ke Balkan dan kemudian ke Merv. Dari Merv, ada sejumlah rute perdagangan
yang mengarah ke daerah Mediterania melaui Baghdad ke Damaskus, Antiokia dan
Konstantinopel (Istanbul), dan Trebizond (Trabzon) di Laut Hitam (Wood, 2003: 6-7).
Selama dua milenium, barang-barang mewah diangkut melintasi rute-rute
sulit. Ruy Gonzalez de Clavijo, yang memimpin kedutaan untuk Timur di Samarkand
tahun 1403-1405, mendiskripsikan betapa 'seluruh barang-barang terbaik yang
datang ke Samarkand berasal dari Cina: terutama sutra, satin, wewangian musk,
batu delima, intan mutiara dan rubharb (sejenis kelembak). Orang Cina disebutkan
sebagai pekerja paling ahli di dunia....Cambalu, kota utama Cathay (sebutan untuk
Cina kuno), berjarak 6 bulan jauhnya dari Samarkand. Rhubarb1 begitu aneh
berbaur dengan intan dan mutiara. Rhubarb yang berasal dari Cina ini adalah bahan
obat yang paling berharga. Rhubarb dikenal sebagai obat pencahar (Wood, 2003:
Jalur Sutra yang mebentang diantara kota-kota oasis dan kota-kota besar
di daerah Mediterania adalah daerah tidak bertuan. Gurun Taklamakan, Lop dan
Gobi yang begitu luas dikelilingi rapatnya pegunungan. Ada pegunungan Kuruk
Tagh dan Tian Shan yang bersalju terbentang di sebelah utara. Ada Altun Shan dan
Kunlun Shan di sebelah selatan. Selain itu terdapat rangkaian dataran tinggi Pamir,
Hindu Kush dan Karakoram yang terbentang di sebelah barat. Seluruh rangkaian
pegunungan itu menciptakan batasan-batasan alam yang harus diperhitungkan
(Wood, 2003: 7-8).
Daerah luas yang terkurung pegunungan terletak sekitar 3.220 km sebelah
timur dataran tinggi Pamir. Meskipun demikian, jika dikaitkan dengan unta yang
dipakai sebagai alat transportasi utama 'di daerah stepa dan gurun Asia Tengah'
tempat Jalur Sutra berada, George Babcock Cressey mengungkapkan 'daripada
menyatakan ukurannya dengan jarak, daerah ini lebih baik dideskripsikan sebagai
enam bulan dari timur ke bara dan satu bulan atau lebih dari utara ke selatan (Wood,
Jalur sutra sebelah utara dan selatan mengikuti garis keberadaan hunian di
oasis yang berada dekat dengan rangkaian pegunungan yang melingkar tersebut.
Dari pegunungan, mengalir pasokan bagi oasis dalam bentuk dalam lelehan
air. Sampai dengan kedatangan para penjelajah di akhir abad ke- 19, beberapa
petualang telah sampai ke daerah tengah. Daerah tersebut terdiri dari serangkaian
gurun pasir dipisahkan oleh Sungai Tarim dan Khotan Darya. Gurun Gobi di timur
dan gurun Taklamakan di barat. Di tengah-tengahnya adalah Lop Nor, sebuah
danau kuno. Danau itu sekali waktu pernah mendukung suatu penempatan garnisun
yang berkembang pesat di Loulan. Sisa-sisa masa itu, seperti selusur tangga,
pegangan, palang pintu dan perabotan dari kayu yang diukir cantik, ditemukan
Sven Hedin (1899-1902) dan Aurel Stein (1906-1908). Berbagai temuan yang ada
tersebut jelas sekali mengindikasikan kekayaan dan kenyamanan yang pernah
dinikmati oleh penduduk setempat sebelum daerah itu mulai perlahan-lahan
ditinggalakan setelah abad ke- 3 (Wood, 2003: 8).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar