Selasa, 22 Maret 2011

TUGAS REKAYASA JALAN RAYA 1, MINGGU KE-1

TUGAS REKAYASA JALAN RAYA 1

HENRRY JALADARA EKA ATMAJA

 0953010015


Jalan Sutra

Jalan Sutra yang dibuka oleh Tiongkok pada 2.000 tahun yang lalu adalah salah

satu jalur penting bagi penyebarluasan peradaban zaman kuno Tiongkok ke Barat,

sekaligus jembatan yang menghubungkan pertukaran ekonomi dan kebudayaan

Jalan Sutra adalah jalur penting untuk perdagangan Tiongkok dengan Asia

Tengah, Asia Selatan, Asia Barat Serta Eropa dan Afrika. Jalan Sutra yang lazim

disebut orang adalah jalur darat dari ibukota Dinasti Tang Tiongkok di timur ke

Roma, ibukota Italia di barat. Jalur itu dibuka oleh seorang jenderal bernama Zhang

Qian Dinasti Han. Kedua jalur Jalan Sutra itu disebut sebagai "Jalan Sutra Darat".

Menelusuri salah satu Jalan Surat itu, dapat melewati Afganistan, Uzbekistan,

Iran dan sampai Alexsandar Mesir, kalau mengambil jalan sutra lainnya bisa via

Pakistan, Kabul Afganistan, tiba di Teluk Persia.

Pada abad ke-2 sebelum masehi sampai abad ke-2 masehi, Jalan Sutra itu

mempunyai dua anak jalur yang masing-masing terletak di bagian utara dan selatan.

Di antaranya, jalur selatan bertolak dari Dunhuang, Propinsi Gansu Tiongkok Barat

Laut terus menuju ke barat menyusuri jalan di kaki Pegunungan Kunlun terus

sampai ke Xinjiang, Tiongkok Barat Laut dan bagian timur laut Afghanistan, Iran dan

Semenanjung Arab sebelum mencapai Roma, Italia. Sedangkan Jalan Sutra sektor

utara dimulai dari Benteng Yumen, Dunhuang terus ke barat menyusuri jalan di kaki

selatan Gunung Tianshan. Setelah melewati Gunung Chongling, Jalan Sutra Utara

itu memasuki wilayah Rusia di bagian Asia Tengah, kemudian jalan itu membelok ke

barat daya untuk bergabung dengan Jalan Sutra sektor selatan.

Masih ada dua jalan sutra yang jarang diketahui orang . Salah satu di antaranya

ialah "Jalan Sutra Barat Daya" yang bertolak dari Propinsi Sichuan, Tiongkok

Baratdaya terus ke Propinsi Yunnan dan mencapai bagian utara Myanmar setelah

menyeberang sebuah sungai, kemudian jalan sutra itu menuju bagian timur laut

India sebelum memasuki bagian barat laut India dengan menyusuri Sungai Gangga

India sebelum tiba di Dataran Tinggi Iran. Jalan Sutra itu bersejarah lebih lama

daripada Jalan Sutra Darat.

Selain jalan-jalan sutra di darat itu, masih terdapat satu lagi jalan sutra di atas

laut, yaitu dari Guangzhou, Tiongkok Selatan ke Selat Malaka, dan terus sampai ke

Sri Lanka, India dan pantai timur Afrika. Jalur di atas laut itu disebut sebagai Jalan

Sutra Laut. Menurut benda-benda budaya yang tergali di Somalia, Afrika Timur,

dapat diketahui bahwa Jalan Sutra Laut itu kira-kira terjadi pada masa Dinasti Song

"Jalan Sutra Laut" menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara utama

peradaban zaman kuno dan sumber kebudayaan di dunia, dan mendorong maju

pertukaran ekonomi dan kebudayaan daerah tersebut. Maka Jalan Sutra Laut juga

dijuluki sebagai jalan dialog antara Timur dan Barat.

Keadaan Geografis dan Rute-Rute Jalur Sutra

Seorang penjelajah bernama James Elroy Flecker menulis syair yang

berjudul "The Golden Journey" yang berisi saat iring-iringan panjang kafilah melintasi

dataran. Dengan langkah kaki nan berani dan gemerincing lonceng-lonceng

perak. Jangan cari yang lain kecuali kemuliaan dan keuntungan, jangan pula

cari pelipur lara di sumber-sumber air yang dikelilingi pepohonan palem. Syair ini

mengungkapkan jarak, pergerakan, juga berbagai hal eksotis. Karena belum pernah

bepergian ke arah timur lebih jauh dari Lebanon, James mungkin tidak menyadari

bahwa yang mengelilingi oasis-oasis Asia Tengah hanyalah poplar yang berganti

daun mengikuti musim dan palem subtropis (Wood, 2003: 4).

Sekitar tahun 1930-an, Mildred Cable dan Fransesca French, para misionaris,

mendeskripsikan keberangkatan mereka di waktu fajar pada saat menempuh Jalur

"Sinar mentari yang mulai meninggi menyentuh lekak-lekuk padang di

pegunungan Alpen di daerah Tibet dan memantulkan seuntai warna merah muda

di atas lereng-lereng bersalju itu. Sebagian besar rangkaian pegunungan itu masih

dalam cengkeraman kelamnya kegelapan yang menandai sisa-sisa penolakan

malam terhadap hari yang baru datang. Bintang fajar masih terlihat jelas, namun

dataran rendah di bawah begitu kelabu dalam sentuhan fajar. Tak lama kemudian,

terang pun menyingsing dengan cepat....

"Di kaki gunung terbentang lintasan jalan tua. Jalan tersebut lebar dan

sangant jelas tanda-tandanya. Entah sudah berapa banyak roda-roda berpaku tajam

dari gerobak-gerobak kafilah yang telah melaluinya. Jalur-jalur jalan itu berpisah dan

menyambung, kemudian menyebar lagi akibat aliran selokan kecil yag menandai

dekatnya keberadaan dengan permukaan sungai. Begitu banyak aneka ragam

penjelajah yang telah melewati jalan ini seperti sebuah aliran sungai kehidupan yang

tidak pernah berhenti mengalir. Inilah jalan utama yang hebat di Asia; jalan yang

menghubungkan Timur Jauh dengan Eropa nun jauh di sana (Wood, 2003: 3-4).

Walaupun sebenarnya kebanyakan sutra Cina diproduksi jauh di daerah

selatan, kebanyakan peta memperlihatkan Jalur Sutra dimulai dari daerah Xi'an di

Cina. Xi'an dulu di Cina dikenal dengan nama Chang'an. Kota yang berada di barat

laut propinsi Shaanxi ini pernah dua kali menjadi ibu kota di Cina. Pertama dari

tahun 206 SM sampai 25 M, pada masa dinasti Han (206 SM-220 M). Pada zaman

itu para kaisar Cina mulai memperlihatkan cukup minat pada daerah-daerah di luar

perbatasan sebelah barat kekuasaan mereka pada masa itu, Roma juga sama

berminatnya mendapatkan sutra Cina. Kemudian untuk kedua kalinya tahun 618-

907 M, saat dinasti Tang melihat peningkatan luar biasa dalam hubungan dengan

kerajaan-kerajaan di Asia Tengah serta keterkaitan agama Budha dengan India

melalui Jalur Sutra (Wood, 2003: 4).

Dari Xi'an, Jalur Sutra mengarah ke barat melewati Lanzhou dan kemudian

mengikuti jalur terluar sebelah barat Tembok Besar. Kemudian jalur tersebut

melintasi koridor Gansu dan terus ke arah Dunhuang. Kota oasis yang penting

tersebut pernah menjadi salah satu pusat agama Budha terbesar di Cina dari abad

ke- 4 sampai ke- 10. Pada masa itu, gua-gua yang tereletak di sisi sebelah timur

gurun Lop dipahat dan gua-gua dis sisi sebelah selatan gurun Gobi digali. Gua-gua

tersebut kemudian diisi dengan lukisan-lukisan tembok dan patung-patung cetakan

oleh para rahib Budha. Pada abad ke- 5 dan ke- 6, banyak peziarah agama Budha

yang terkenal seperti Xuanzang Agung, melewati Dunhuang dalam perjalanan

menuju India (Wood, 2003: 4-5). Menurut Adams (2006: 81) bahwa Pendeta Budha

Xuan Zhang meninggalkan India pada tahun 629 M. 16 tahun kemudian, ia kembali

dengan membawa naskah Budha yang diterjemahkan dalam bahasa Sansekerta.

Di India, para peziarah tersebut mengumpulkan teks-teks suci untuk

diterjemahkan dalam bahasa Cina. Situs ini seperti bagian pemandangan alam

gurun yang biasa saja. Daerah gersang dengan gumuk pasir yang terlihat

bergulung-gulung. Jajaran tebing panjang serta pahatan jalan masuk gua gelap

kecil ini hampir tidak terlihat di balik hutan kecil pepohonan poplar yang tinggi yang

tumbuh di tepi anak sungai kecil yang mengalir di sepanjang kaki tebing. Di tengah-

tengah tebing tersebut, jauh di atas pepohohonan, ada bangunan kuil bertingkat-

tingkat dengan rangka atap bergenting gelap melengkung jauh tinggi di atas pasir

(Wood, 2003: 5).

Tidak jauh dari Dunhuang, rute gurun itu tebagi. Rute utama yang berada

sebelah utara mengikuti lereng selatan pegunungan Tian Shan yang gelap dan

berpuncak salju. Jalan itu melintasi sebelah utara gurun Taklamakan dan melalui

kota-kota oasis, seperti Hami, Turfan, Korla, Kucha dan Aksu sebelum akhirnya

mencapai Kashgar. Rute ini lebih panjang dan tidak lurus jalannya. Namun, rute ini

juga tidak sesulit atau begitu melelahkan jika dibandingkan dengan rute sebelah

selatan. Rute utara ini menjadi jalur tersendiri di akhir abad ke- 4. Sementara itu,

rute sebelah selatan, melintasi oasis di kota Charklik, Cherchen, Niya, Keriya,

Khotan (Hetian) dan Yarkand, sebelum juga berakhir di Kashgar. Para rahib Budha

mungkin meninggalkan rute utama Jalur Sutra sebelah selatan di Yarkand untuk

kemudian mengarah ke pegunungan Karakoram menuju Leh dan Srinagar, lalu

masuk ke India. Rute sebelah selatan tersebut paling jelas digunakan di abad ke-2

dan ke- 4 (Wood, 2003: 6).

Ada rute kedua yang lebih jauh di sebelah utara lagi. Rute tersebut melintasi

bagian utara pegunungan Tian Shan dari Ham ke Almalik, Balasaghun, Tashkent,

Samarkand dan Bokhara. Para pedagang pengelana dan peziarah menghindari

daerah gurun bagian tengah dalam perjalanan mereka ke Kashgar yang terletak

di ujung sebelah barat gurun-gurun itu. Dari Kashgar, ada sejumlah rute yang

mengarah ke barat dan selatan. Para rahib Budha bisa jadi berjalan melalui Hindu

Kush, melintasi Tashkurgan dan menuju ke kerajaan-kerajaan Budha seperti

Gandhara dan Taxila. Sementara itu, para pedagang bisa jadi melintasi bagian utara

dataran tinggi Pamir mengarah ke Samarkand dan Bokhara, atau bagian selatan

Pamir ke Balkan dan kemudian ke Merv. Dari Merv, ada sejumlah rute perdagangan

yang mengarah ke daerah Mediterania melaui Baghdad ke Damaskus, Antiokia dan

Konstantinopel (Istanbul), dan Trebizond (Trabzon) di Laut Hitam (Wood, 2003: 6-7).

Selama dua milenium, barang-barang mewah diangkut melintasi rute-rute

sulit. Ruy Gonzalez de Clavijo, yang memimpin kedutaan untuk Timur di Samarkand

tahun 1403-1405, mendiskripsikan betapa 'seluruh barang-barang terbaik yang

datang ke Samarkand berasal dari Cina: terutama sutra, satin, wewangian musk,

batu delima, intan mutiara dan rubharb (sejenis kelembak). Orang Cina disebutkan

sebagai pekerja paling ahli di dunia....Cambalu, kota utama Cathay (sebutan untuk

Cina kuno), berjarak 6 bulan jauhnya dari Samarkand. Rhubarb1 begitu aneh

berbaur dengan intan dan mutiara. Rhubarb yang berasal dari Cina ini adalah bahan

obat yang paling berharga. Rhubarb dikenal sebagai obat pencahar (Wood, 2003:

Jalur Sutra yang mebentang diantara kota-kota oasis dan kota-kota besar

di daerah Mediterania adalah daerah tidak bertuan. Gurun Taklamakan, Lop dan

Gobi yang begitu luas dikelilingi rapatnya pegunungan. Ada pegunungan Kuruk

Tagh dan Tian Shan yang bersalju terbentang di sebelah utara. Ada Altun Shan dan

Kunlun Shan di sebelah selatan. Selain itu terdapat rangkaian dataran tinggi Pamir,

Hindu Kush dan Karakoram yang terbentang di sebelah barat. Seluruh rangkaian

pegunungan itu menciptakan batasan-batasan alam yang harus diperhitungkan

(Wood, 2003: 7-8).

Daerah luas yang terkurung pegunungan terletak sekitar 3.220 km sebelah

timur dataran tinggi Pamir. Meskipun demikian, jika dikaitkan dengan unta yang

dipakai sebagai alat transportasi utama 'di daerah stepa dan gurun Asia Tengah'

tempat Jalur Sutra berada, George Babcock Cressey mengungkapkan 'daripada

menyatakan ukurannya dengan jarak, daerah ini lebih baik dideskripsikan sebagai

enam bulan dari timur ke bara dan satu bulan atau lebih dari utara ke selatan (Wood,

Jalur sutra sebelah utara dan selatan mengikuti garis keberadaan hunian di

oasis yang berada dekat dengan rangkaian pegunungan yang melingkar tersebut.

Dari pegunungan, mengalir pasokan bagi oasis dalam bentuk dalam lelehan

air. Sampai dengan kedatangan para penjelajah di akhir abad ke- 19, beberapa

petualang telah sampai ke daerah tengah. Daerah tersebut terdiri dari serangkaian

gurun pasir dipisahkan oleh Sungai Tarim dan Khotan Darya. Gurun Gobi di timur

dan gurun Taklamakan di barat. Di tengah-tengahnya adalah Lop Nor, sebuah

danau kuno. Danau itu sekali waktu pernah mendukung suatu penempatan garnisun

yang berkembang pesat di Loulan. Sisa-sisa masa itu, seperti selusur tangga,

pegangan, palang pintu dan perabotan dari kayu yang diukir cantik, ditemukan

Sven Hedin (1899-1902) dan Aurel Stein (1906-1908). Berbagai temuan yang ada

tersebut jelas sekali mengindikasikan kekayaan dan kenyamanan yang pernah

dinikmati oleh penduduk setempat sebelum daerah itu mulai perlahan-lahan

ditinggalakan setelah abad ke- 3 (Wood, 2003: 8).



Tidak ada komentar: