Rabu, 09 Maret 2011

Sejarah Perkembangan Jalan



Sejarah Perkembangan Jalan
Sejarah Jalan di Indonesia di mulai sejak zaman Sultan Agung beberapa abad yang lalu, terutama sejak timbulnya bibit nasionalisme sebagai cikal bakal dari timbulnya kebutuhan jalan wilayah meskipun masih dikaitkan dengan kebutuhan gerakan pasukan pemerintah sultan agung waktu itu.
Sejak itulah tanpa arti penting perintisan dan pembinaan jalan baik untuk kepentingan mempertahankan dari ancaman pendatang baik Eropa, jazirah Arab, Asia maupun untuk kepentingan taktik politik jangka panjang bagi bangsa – bangsa asing yang sudah bercokol di Indonesia, yang salah satunya adalah stelsel Belanda di kala itu.
Salah satu jalan terkenal yang dibangun di era politik stelsel dimaksud adalah jalan dari gagasan Gubernur Jenderal HW Daendels yang membangun jalan yang spektakuler dari Anyer-Panarukan di Jawa yang dikenal dengan jalan Raya Pos (Groote Postweg) serta pembangunan jalan di Sumatera yang awalnya untuk kepentingan militer Belanda Gubernur Jenderal J. Van den Bosch memerintahkan pembangunan jalan dari Padang-Bukit Tinggi (Fort de Kock).
Setelah Indonesia menjadi negara berdaulat sejak tahun 1945, gebrakan-gebrakan di bidang jalan baru dilakukan melalui pencabutan ordonansi jalan raya No. 86/933 tahun 1965, yang diganti dengan UU No. 3/1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, dan 15 tahun kemudian di undangkan pula undang-undang no: 13/1980 tentang Jalan. Sejak pelita I tahun 1969 dan di ditunjang dengan UU No.13/1980, perkembangan jalan di Indonesiapun mulai tampak tumbuh dengan pesat sehingga perlu dibina oleh suatu organisasi profesi yaitu HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA (HPJI). Menggantikan UU No.13/1980 tentang Jalan, pada tahun 2004 diterbitkan UU Jalan No. 38/2004; HPJI di dalam program kerjanya menyelaraskan perkembangan Jalan dimana UU tersebut memuat peran serta masyarakat.
Jalan ternyata memiliki sejarah panjang, setua peradaban umat manusia di planet bumi. Pada awalnya manusia memang tidak pernah membangun jalan, tetapi membentuknya secara kebetulan ketika berburu atau berjalan dari satu tempat ketempat lain secara berulang-ulang.
Pentingnya jaringan jalan dalam perkembangan manusia dari tradisional ke ultra modern semakin di rasakan tidak hanya sebagai prasarana komunikasi dan tranportasi yang menghubungkan rumah ke rumah tetapi juga menghubungkan desa kekota bahkan antar negara dan benua.
Pesatnya perkembangan jaringan jalan baik dalam panjang dan mutunya, tidak terlepas dari peran pengetahuan dan ilmu yang melahirkan multi profesi.
Sejalan dengan meningkatnya derap perkembangan jalan di Indonesia, sebagai urat nadi perekonomian dan unsur struktur wilayah dan tantangan-tantangan pada pembangunan jalan, maka diperlukan pula SDM di bidang jalan yang memadai dalam kualitas dan kwantitasnya.
Untuk menciptakan sinergi di antara para ahli, di bentuklah sebuah organisasi paguyuban di bidang jalan yang selalu diperingati setiap tanggal 5 September 1975 di Jakarta, dengan nama Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia yang disingkat HPJI, yang diprakarsai oleh DR.Ir. Poernomosidhi Hadjisarosa, Ir.Suryatin Sastromijoyo dan beberapa tokoh yang terhormat lainnya.
Himpunan sebagai wadah bagi pengembangan profesi dan keahlian di bidang jalan dituntut pengabdian yang terbaik HPJI kepada masyarakat bangsa dan negara melalui setiap anggota sesuai bidang profesi masing-masing untuk mewujudkan pembinaan jaringan jalan diseluruh tanah air Indonesia.
Organisasi HPJI telah berkembang dengan terbentuknya 31 Dewan Pengurus Daerah di ibukota Provinsi diseluruh Indonesia yang semuanya kini sudah mandiri, dengan harapan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah terlebih setelah digulirkan Undang-Undang Otonomi Daerah.
Dari aspek kualitas keanggotaan HPJI berkembang pesat dari 150 orang pada tahun 1975, kini tahun 2009 menjadi lebih kurang 17.000 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.
Didalamnya di tingkat nasional, HPJI juga berkiprah di tingkat Internasional seperti dalam organisasi The Road Engineering Association Asian and Australasia (REAAA) yang berpusat di Kuala Lumpur, International Road Federation (IRF) yang berpusat di Washington DC, Permanent International Association and Road Congresses (PIARC) yang kemudian disebut World Road Association (WRA) yang berpusat di Paris dan International Tunnelling Association (ITA) yang berpusat di Netherland.
Sumbangsih pemikiran HPJIpun tidak hanya tertuang dalam 1029 makalah ilmiah, yang dibahas dalam 7 kali Konferensi nasional dan 7 kali Konferensi Regional, tetapi juga turut memberikan masukan positif dalam menyusun UU tentang Jasa Konstruksi yang disahkan tahun 1999, termasuk dalam pembentukan Lembaga Jasa Konstruksi.
Sebagai Asosiasi Profesi HPJI sejak 2 Mei 2002 telah mendapatkan penetapan akreditasi oleh LPJK Nasional, melalui keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional No. 28/KPTS/LPJK/D/V/2002, untuk kemudian terakreditasi pula 28 Dewan Pengurus Daerah HPJI dan saat ini telah melaksanakan program sertifikasi keahlian Jalan dan Jembatan. Selanjutnya, di dalam perkembangannya HPJI terus bersinergi dengan program LPJK-N. Realisasi program sertifikasi DPD per April 2008 telah membuahkan hasil yang cukup baik yaitu ahli pelaksana sebanyak 4724 orang dan ahli pengawas sebanyak 3115 orang serta ahli perencana sebanyak 1076 orang.
HPJI sejak awal menyadari benar akan pentingnya komunikasi antar anggota serta desiminasi dan sosialisasi kegiatan dan terobosan pemikiran para anggota, sehingga diterbitkan Majalah Jalan dan Transportasi pada bulan november tahun 1982, 7 tahun setelah berdirinya HPJI. Tema yang dipilih pada edisi perdana ketika itu adalah Jalan Sebagai Struktur Wilayah. Di bulan April tahun 2008, HPJI telah berhasil menerbitkan sebanyak 111 edisi yang didistribusikan kepada para anggota HPJI sampai ke Kabupaten/Kodya di seluruh Indonesia
Di forum Internasional HPJI sejak 9 tahun lalu telah menjadi anggota World Interchange Network (WIN) yang berada dibawah organisasi World Road Association (WRA),  media HPJI pun bertambah dengan diterbitkan bulletin Interchange bernama Indonesian Interchange Node.
Lantas bagaimana visi dan misi HPJI dalam meningkatkan kiprah dan perannya dalam mengisi pembangunan nasional kedepan ? Dalam usia lebih dari seperempat abad HPJI tentu lebih dewasa dan mandiri dalam mengemban kewajiban sesuai dengan tujuan dan usaha Himpunan, namun demikian tantangan yang menghalang kedepan tentu tidak semakin ringan sejalan dengan perkembangan zaman dalam era globalisasi.
Mengingat dari perjuangan yang diemban HPJI diperlukan semangat darma bhakti yang luhur dari para pengurusnya yang tentunya tidak pernah terlepas dari sejarah pendirian serta panutan darma bhakti pengurus terdahulu yang kita hormat.
Membangun jaringan jalan yang modern harus direncanakan secara matang yang melibatkan banyak pihak, namun dengan motifasi dan semangat yang tinggi HPJI senantiasa akan memberikan nilai tambah bagi para anggotanya, mengupayakan pengembangan teknologi jalan, menjaring keserasian unsur pengembangan jalan dan mendukung perubahan-perubahan menuju efisiensi dalam segala bidang, dengan demikian HPJI akan dapat memberikan yang terbaik dalam peranan dan sumbangsihnya, serta siap menghadapi tantangan kedepan dan bersama pemerintah mengisi pembangunan negara,

Tidak ada komentar: